Tuesday, January 20, 2009

Cari Persamaan!



Secara spek teknis, Yamaha Mio dan Vega ZR mirip sekale. Terlihat dari kapasitas mesin sama-sama 113,7 cc yang didapat dari diameter x stroke yaitu 50 x 57,9 mm. Ini yang bikin muncul pertanyaan, apakah komponen atau part kedua tipe Yamaha itu bisa saling tukar.

Terutama mesin atas alias mulai dari blok silinder hingga head cylinder. Secara githu lho. yup! Banyak part racing aftermarket Mio di pasaran kan? Tentu buat kamu yang doyan speed, bikin ngacir Vega ZR nantinya bakal lebih mudah.

Biar nggak penasaran, baiknya bedah aja keduanya yuk! Ya. Kita cari tahu persamaan dan perbedaanya. Apakah cuma sekedar bore x stroke doang yang sama. Atau memang banyak perbedaan lainnya? Mareee...

DUA BAUT SAMPING


Dari banyaknya part aftermarket racing Mio, blok dan kepala silinder banyak ditawarkan. Itu karena cukup dengan menggati part bolt-on tersebut, speedgoers pun sudah bisa melaju kencang di lintasan.

Yup! Cara bore up, banyak ditempuh. Untuk Yamaha Mio, mulai dari piston 58 mm hingga 70 mm bisa diaplikasi. So, buat Yamaha Vega baru alias ZR ini gimana ya? Langsung aja empat baut kepala silinder dilepas!

Kelar head silinder dan blok dilepas, blok aftermarket Mio pun coba dipasang. Melewati empat baut pemegang blok dan kepala silinder, blok enggak ada masalah! Jarak lebar lubang baut yang ditawarkan ZR, sama dengan blok Mio.

Bahkan, untuk bos blok atas dengan kepala silinder dan bos blok bawah dengan crankcase pun bisa saling subsitusi. Yap! Antara bos blok dengan baut empat sama sekali enggak ada masalah.

Tapi begitu blok ketemu bibir crankcase, baru muncul persoalan. Lubang baut samping kiri pemegang head dan blok Mio dengan crankcase ZR berbeda jarak. Bagian luar blok Mio, lebih kecil dari ZR.

Untuk bagian atas, selisih lubang baut di crankcase ZR lebih tinggi sekitar 4,26 mm. Sedang bagian bawah, lebih pendek 3,13 mm. “Tapi untuk lubang linner-nya, tidak ada masalah tuh. Piston tepat ada di tengah,” ungkap Raymond, owner JP Racing Cengkareng yang jadi tempat bedah ZR dan Mio ini.

Penasaran dengan hal ini, blok silinder ZR pun coba dipasang kembali. Selanjutnya coba kombinasikan part antara kepala silinder aftermarket Mio dengan blok ZR. Ternyata, tetap saja kendala yang sama muncul kembali. Ya, beda jarak dua baut samping pemegang blok dan kepala silinder.

Buat yang ingin memaksakan aplikasi part aftermarket, bisa saja sih. Tapi, itu artinya kudu buat dudukan ulang baut samping di crankcase. Begitunya, kekuatan pemegang blok pun tidak berubah drastis.

PIN PISTON 13 MM VS 15



Tidak cuma sampai di situ perbedaan engine Mio dengan ZR. Meski memiliki stroke X bore sama, tapi lubang pen piston yang dimiliki keduanya taunya juga beda.

Milik Yamaha Mio, aplikasi diameter pen piston 15 mm. Sedang yamaha Vega ZR, lebih kecil ketimbang Mio. Yaitu, 13 mm. Begitunya, piston bolt-on aftermarket yang ditawarkan Mio pun gak bisa diaplikasi langsung.
Kalau ingin ganti piston bore-up, maka harus ganti setang piston pakai punya Mio,” saran Raymond yang punya workshop di Jl. Nirmala, Sumur Bor, Cengkareng, Jakarta Barat.

Sebenarnya bisa aja kalau mau paksa pakai setang ZR. Itu artinya diameter pen piston atas, kudu diperbasar lagi 2 mm. Tapi, langkah ini boleh dibilang cukup berisiko. Karena luas bagian setang menjadi lebih tipis. Belum lagi jika rasio kompresi yang diaplikasi tinggi. So, kuat enggak ya?

Atau kalau mau bore up abis bisa pakai piston Honda Sonic stau City Sport–1 (CS-1) yang diameternya 57 mm. Atau pakai yang oversize 100 58 mm. Punya diameter pen piston yang sama dengan Vega ZR yaitu 13 mm. Dengan begini kapasitas silinder bisa naik 150 cc.

GANTI LINER

Lanjut ke soal bore up alias memperbesar isi silinder dengan cara ganti piston. Tentu dengan diameter lebih besar. Jadi, kapasitas pun makin bengkak lebih banyak. Nah, aslinya diameter piston ZR adalah 50 mm. Githu juga Mio.

Nah, di pasaran banyak Mio aplikasi piston 58 mm buat kohar alias korek harian. Kapasitas pun bengkak dari 113,7 cc jadi 152,8 cc. Sayangnya, buat aplikasi piston seperti ini, ZR gak bisa langsung.

Karena liner alias boring yang dimiliki ZR cukup terbatas. Ya! Hanya bisa dioversize hingga pakai piston 52 mm. “Itu pun jarak dinding liner menjadi tipis. Cukup berisiko juga,” kata Ayah satu putri ini.

Ya! Setelah diukur, jarak liner yang dimilik ZR hanya 2,83 mm. Kalau disesaki piston 52, maka liner tersisa hanya 0,83 mm. Belum lagi dikurangi jarak toleransi alias clearance piston dengan liner.

Buat terapkan bore up, salah satu caranya adalah kudu ganti boring dulu dengan yang lebih besar. Langkah ini masih bisa diaplikasi. Itu karena dinding blok untuk liner ZR masih memungkinkan.

BISA SUBSITUSI

Dari sekian banyak perbedaan antara ZR dengan Mio, juga ada persamaan lainnya. Yaitu noken-as alias peranti yang berputar buat gerakan pelatuk klep. “Untuk bentuknya, nggak ada masalah. Keduanya bisa saling subsitusi,” ucap Raymond.

Yap! Noken-as aftermarket Mio bisa dipasang pas di kepala silinder ZR. Tapi sebelum mensubsitusi, baiknya dipastikan dulu! Apakah durasi noken-as itu bisa menjawab kebutuhan yang diperlukan ZR.
posted by WIRRO at 2:04 AM   0 commnets

Aturan Pasang Ban Lebar



Pertama dilakukan pemilik motor sport untuk mengubah tampilan biasanya ganti ukuran tapak ban standar. Rata-rata 90/90-18 jadi selebar mungkin. Dan itu wajar karena trik ini selain mendukung modifikasi ringan, kesan moge alias motor gede juga bisa didapat.

Sayangnya tak semua merek motor bisa langsung adopsi ban gede. Mengingat kendala utama yang kerap dihadapi ruang atau celah antara tapak ban dengan rantai dan lengan ayun. Jika salah pilih ban, risikonya bisa saling bergesekan.

Biar nggak salah asuh, yuks tiru trik Ardi Bridjal Hanafi alias Mas Boy, punggawa BMS (Boy Motor Sport) dan Nursaid pemilik bengkel MJ Motor khusus motor Bajaj. Misal Honda yang sudah banyak mengeluarkan motor lalaki. Mulai dari CB100 sampai New Tiger. Meski banyak varian, sayangnya tidak bisa adopsi ban lebar lebih dari 120. Kalaupun sampai 130, risikonya bibir tapak ban bakal lebih sering bergesekan dengan rantai waktu motor berjalan (gbr. 1).

“Bukan nggak bisa pakai ban ukuran 130. Masalahnya, semua varian Honda punya panel gir pendek atau lebih dekat ke teromol dibanding lengan ayun. Makanya agak sulit pasang ban lebar meski celah lengan ayun ke rantai masih renggang,” buka Mas Boy dari Pondok Sukatani Permai, Jl. Marquisa VII, No. 4, Cimanggis, Depok.161pasang-ban-130-yudi-2.jpg

Lain hal Yamaha Scorpio-Z yang punya panel gir lebih tinggi dari biasa (gbr. 2). Sehingga waktu pelek asli diisi ban lebar ukuran sampai 140, nggak ada kendala tapak ban ciuman dengan rantai apalagi swing-arm.

“Sebetulnya Scorpio-Z bisa pasang ban lebar sampai 150. Tapi harus pakai pelek ring 17. Sementara Suzuki Thunder 125, ukuran ban yang bisa dipasang paling lebar 130. Mengingat jarak panel gir ke rantai masih lebih lega dibanding Tiger,” lanjutnya.

Paling sip Bajaj Pulsar 200. Said bilang bisa adopsi ban lebar sampai 160. Sementara Pulsar 180 hanya mampu dipasok ban lebar 130. “Nah, kalau Bajaj XCD125 masalahnya sama seperti Tiger. Ruang panel gir sempit sehingga cuma mampu diisi karet bundar 120,” tutup Said yang tinggal di Jl. Sultan Iskandarmuda, No. 8, Arteri Pondok Indah (Bungur II), Jakarta Selatan.


162pasang-ban-130-yudi-3.jpgGIR CUSTOM SOLUSI VARIAN HONDA

Kalau mau pasang ban lebar, pemilik motor sport Honda bisa pakai gir custom buatan Mas Boy. Mampu menggeser posisi mata gir belakang agak keluar. “Bisa pakai ban lebar sampai 150 dan juga bikin gir set awet. Sebab posisi gir depan-belakang makin lempeng,” yakin Mas Boy.
posted by WIRRO at 1:51 AM   0 commnets

Thursday, January 15, 2009

Deteksi Klep Bocor Dari Busi


Pemicu utama busi cepat mati bisa karena bensin kelewat boros atau akibat overheat lantaran minim gas bakar. Padahal karburator sudah diseting sedemikian rupa, bahkan hingga ke posisi standar, toh hasilnya tetap nihil dan busi tetap cepat minta diganti.

Jika alami itu, penyebabnya tak lain terjadi kebocoran di seputar bibir payung klep masuk atau buang. Sehingga campuran bensin dengan udara di ruang bakar komposisinya tidak ideal, atau justru malah terbuang keluar.

“Pada akhirnya busi juga yang diserang. Itu karena elektroda busi sulit memantik gas bakar. Juga kerap kena impact ketika terjadi kompresi. Alhasil, motor seperti kehilangan tenaga karena kompresi bocor,” jelas Maman Sugiman alias Boim kepala instruktur kursus mekanik HMTC (Hartomo Mechanical Training Centre) se-Indonesia.

Selain hilang tenaga, kondisi klep masuk dan buang bocor biasanya juga bikin motor sulit hidup. Dan kalau pun mau hidup, terkadang karbu sulit diseting normal juga kerap timbul suara ledakan di moncong knalpot.
Analisis Boim, busi mati akibat klep in bocor lantaran ada gas bakar kembali tertekan keluar ke arah moncong karbu di awal starter. Ujung-ujungnya, gas bakar yang tidak sempat terbakar justru membasahi busi, payung klep dan komponen sekitar. Nah, karena bensin banjir motor pun makin sulit dinyalakan.

Sebaliknya jika terjadi bocor di klep out. Rembesnya kompresi menyebabkan suhu panas mesin naik hingga ke tingkat overheat. Itu karena perbandingan gas bakar yang sebelumnya ideal, ketika bocor kompresi justru keluar ke knalpot. Kerja piston pun semakin berat.

“Mesin bukan cuma kelewat panas. Kalau klep out bocor biasanya dari knalpot suka timbul ledakan. Soalnya, gas bakar mentah di perut knalpot ikut terbakar saat terjadi ledakan kompresi,” jelas Boim dari kantornya di Jl. Raya Tole Iskandar, No. 9, Simpangan-Depok.

Adapun ciri-ciri yang mudah dikenali bila terjadi klep bocor, menurutnya bisa dilihat dari dua hal. Jika klep in yang bocor, warna elektroda busi cenderung hitam basah dan bau bensin. Meskipun karbu sudah diakali dengan setingan spuyer irit.

Lain hal jika klep out yang rembes. Elektroda busi tampak kering dan berwarna putih. Dan kalau mesin lagi nyala panasnya tinggi. Persis seperti setingan celah klep terlalu renggang. Paham..?

Diskir Manual


Diskir manual bikin alur makin rapat

Untuk memaksimalkan kerja payung klep agar tidak bocor kompresi, komponen satu ini mesti diskir ulang. Atau istilahnya dibikin dudukan alur baru agar payung dan siting klep nggak rembes waktu gas bakar dipampatkan.

Saran Boim yang kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu, ketika lakukan skir ulang baiknya dikerjakan pakai tangan dan tidak pakai alat macam bor. Soalnya, hasil kikisan skir pada payung dengan siting klep alurnya jauh lebih rata.

“Buat siting dan payung klep lama bisa langsung pakai amril halus dan digosok selama 5 menit. Tapi kalau keduanya baru, baiknya gunakan dulu pasta amril kasar sebelum yang halus di waktu yang sama,” wanti Boim agar amril didukung pelumas supaya hasil gesekan rata.
posted by WIRRO at 8:31 PM   2 commnets