Sunday, February 22, 2009

Dorong, Stasioner atau Geber


Dalam situasi terdesak, tidak punya pilihan, tentu seseorang harus mengambil risiko minimal. Di dunia bikers, situasi abnormal seperti ini sering terjadi. Misalnya jalanan banjir merupakan kondisi buruk yang harus dilalui. Dalam situasi seperti ini juga, risiko motor rusak sangat mungkin terjadi.

“Kalau punya pilihan sih, mending berputar, cari tempat yang lebih aman, tidak banjir,” ungkap Joseph Antony Tan, Kepala Training Roda Dua, PT Suzuki Indomobil Motor.

Hal sama juga diungkapkan Benny Djatiutomo, pemilik bengkel Star Motor. “Muterpun sebenarnya juga rugi. Ya.. rugi waktu dan tenaga. Tapi memaksakan diri untuk masuk ke dalam ‘kolam’, jelas lebih rugi lagi. Ada risiko kerusakan yang bakal dialami pengendara motor,” papar Benny.

Dalam situasi yang tidak bisa memilih, banjir harus diterjang, ada beberapa pilihan untuk menerobos banjir. Motor didorong, berjalan dengan kecepatan stasioner atau digas pol. Di antara tiga cara itu, mana yang paling minim risikonya.

DORONG

121301-banjir-dorong-gt.jpgBaik Benny maupun Joseph memilih mendorong motor dalam keadaan mesin mati ketika masuk ke dalam banjir. “Lebih aman,” jelas keduanya. Dalam kondisi mesin mati, putaran mesin yang bisa menyedot air dari filter udara atau lubang pernafasan tidak akan terjadi. Jadi kemungkinan air nyelonong ke mesin bisa dihindari.

Tapi harus diingat, setelah melewati banjir secepatnya dicek beberapa komponen. “Lepas knalpot, pastikan air tidak ada di lubang pembuangan. Lalu segera dieringkan,” jelas Benny.

Juga tidak ketinggalan, sesegera mungkin kuras oli mesin. Buka bak kopling, dari situ akan mudah membersihkan rasio dan kopling. Gunakan bensin untuk membilas.

Menurut Joseph, perhatikan juga tipe motor yang digunakan untuk didorong. Untuk motor sport relatif tidak begitu masalah. “Untuk ketinggian 40 cm, dengan posisi mesin tegak masih tidak masalah,” jelasnya.

Beda jika motor yang didorong skubek. Posisi cover CVT yang rendah, sangat mungkin kemasukan air dari lubang pembuangan. “Air yang nyelinap ke dalam cover bisa membuat belt CVT slip,” paparnya.


Untuk ketinggian banjir di bawah 40 cm, menerobos dengan cara jalan masih diperbolehkan. Namun, menurut Joseph Antony, pastikan kondisi kabel kelistrikan dalam keadaan baik.

”Sehingga tidak mudah air masuk. Efeknya bisa terjadi korsleting,” jelas pria berkantor di Pulogadung, Jakarta Timur itu. Berkendara dengan mesin stasioner yakni panteng di gigi 1 genangan air tidak tinggi.

”Tetap harus diwaspadai air nyelinap di karburator. Tandanya mesin mbrebet. Parahnya kalau air masuk ke dalam ruang bakar. Efeknya water hammer, piston seperti menubruk dinding keras,” jelas Benny yang kini beralamat di Bambu Apus, Jakarta Timur.

Kalau sudah terjadi, water hammer alias palu air, bukan hanya piston saja yang kena. Seluruh komponen dalam seperti kruk-as, klep pasti mesti diganti. ”Biaya yang dikeluarkan jelas lebih mahal. Sudah pasti turun mesin,” paparnya.

Joseph menyarankan, sebelumnya pengendara harus memiliki persiapan. ”Paling sederhana, tutup knalpot dengan plastik. Filter udara harus terpasang untuk mencegah agar air tidak mudah masuk ke dalam ruang pembakaran,” papar Joseph.


DIGEBER


121503-banjir-dorong-gt.jpgPerlu diingat saat mesin digeber, genangan air makin tinggi. Untuk motor tipe mesin tidur, peluang air masuk ke dalam mesin sangat besar lewat filter udara. ”Banyak motor yang mengalami turun mesin saat motor digeber,” papar Joseph.

Untuk motor tipe sport, tertolong konfigurasi mesin yang tegak. ”Belahan air yang diterjang roda cenderung menyamping. Tapi tetap saja kemungkinan air masuk maih sangat besar,” jelasnya.

Pada tipe bebek, tidak disarankan menggeber kendaraan dengan kecepatan tinggi. ”Sudah pasti, air masuk ke dalam busi atau karburator. Kalau ke busi, mesin langsung mati. Kalau ke karbu gejalanya mbrebet,” papar Joseph.

Buat skubek malah lebih berisiko. Diameter pelek yang kecil bisa jadi masalah di luar kerusakan mesin. Misalnya, kondisi jalanan menjebak. ”Motor lagi digas, tahunya ada lubang lumayan dalam yang tentunya tidak kelihatan. Pengendara bisa jatuh, atau paling tidak merusak suspensi dan pelek,” ungkap Joseph.

Masih untung lubang. Coba kalau di sekitar lokasi banjir ada sungai atau got besar yang mengalir deras. Kalau sampai nyemplung beneran, motor bias-bisa jatuh dan terseret arus.
posted by WIRRO at 10:22 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home