Wednesday, February 25, 2009

Knalpot Skubek Tak Boleh Kelewat Blong


Masih jadi teka-teki, kenapa knalpot standar skubek jauh lebih bagus dibanding versi racing? Itu yang bikin pemakai motor matik tetap menggunakan pipa buang standar. Bahkan sekalipun mesin sudah dikorek, cocoknya knalpot standar namun dibobok.

Jadi, sementara ini pengguna knalpot racing skubek hanya gaya dan mengutamakan penampilan luar. Meski suaranya berkoar namun tenaga yang dihasilkan tetap loyo. Pendapat seperti itu coba dijelaskan Wok alias Sutrisno dan Romy Sofyan, pembuat knalpot racing AHRS.

Menurut Romy dan Wok, biasanya knalpot racing dibikin blong. Sifatnya hanya bagus di gasingan atas. Sangat bertentangan dengan mesin motor matik yang perlu akselerasi di rpm bawah. Jika dikorek pun bagusnya tetap menggunakan pipa buang standar. Namun dibobok sekatnya. Tapi yang dibobok hanya satu sekat aja. “Soalnya jika dibuang semua berakibat los tanpa penghalang,” analisis Wok yang berjenggot itu.

Jika diteliti lagi, secara ukuran juga sudah beda. Bandingkan saja knalpot standar skubek dengan bebek. Pasti milik bebek lebih panjang. Itu yang mengharuskan knalpot skubek harus dibuat sekat atau pipa di dalam silencer dibikin meliuk. Agar tidak langsung los begitu saja.

Maksudnya dibikin meliuk atau bersekat diharapkan gas buang tidak langsung terbuang. Masih memberikan tahanan atau tendangan balik ke ruang bakar. Bila klep sedang overlap, gas bakar tidak ikut terbuang. Dengan begitu, efisiensi volumetris tetap terjaga.

SEKAT VS LIUKAN
Pernah dilakukan tes knalpot sekat versus meliuk. Model sekat bisa dilihat di versi standar punya Yamaha Mio atau Suzuki Spin 125. Jika dibuang salah satu sekat di Spin 125 standar, tenaganya bisa naik 1 dk lebih.

Model sekat di knalpot Mio

Tes berlanjut pada knalpot Koso buatan Taiwan. Jika dibedah di dalam silencer terdapat pipa yang meliuk. Setelah diukur menggunakan dynotesy, tenaga di gasingan bawah seperti hilang. Artinya, model begini tidak bagus untuk akselerasi.

Tipe meliuk hanya menang di rpm atas. Sekitar 8.000-9.000 rpm baru unjuk gigi. “Tapi, rpm setinggi itu sangat jarang sekali dipakai pengguna motor harian,” jelas Romy yang menguji langsung pakai dynotest.

Berdasarkan hasil riset itu AHRS sedang membuat knalpot model sekat. “Tidak hanya efisien dalam pemakaian bahan bakar. Tapi tenaga juga lebih besar dibanding versi meliuk,” jelas Romy yang baru saja datang dari Singapura itu.

LEHER KECIL
Berdasarkan riset AHRS, leher knalpot skubek nggak boleh kelewat gede. Bagusnya dibuat sama dengan standar. “Itu sangat dibutuhkan pengguna motor harian agar akselerasi tetap prima,” jelas Romy yang juga merancang knalpot F3 Series AHRS.

Akan berbeda jika lehernya dibikin besar. Aliran gas kelewat lancar. Risikonya hampir sama dengan blong. Namun jika motor sudah bore up di atas 200 cc dengan klep gede seperti aplikasi punya Scorpio silakan terapkan leher gambot.

Penulis/foto: Aong/AXL&ENDRO (Motor Plus)
posted by WIRRO at 2:23 AM   0 commnets

Sunday, February 22, 2009

Terlupakan Saat Servis


Ini peringatan keras buat yang peduli sama motor. Kudu paham kalau di motor itu bukan sekadar mesin yang perlu dirawat. Artinya, banyak komponen lain kudu dipelihara secara rutin.

Fakta ini diperparah dari kebiasaan biker sendiri. Karena mereka ke bengkel pada umumnya cuma servis mesin. Paling minta bersihin dan seting ulang karburator dan kepala silinder, serta setel klep.

“Apalagi banyak bengkel yang ngerjain sesuai keluhan atau permintaan konsumen. Komponen seperti rantai, rem, sokbreker dan aki sering dilupain,” sebut Syahbani alias Ujang Bani, mekanik bengkel Bany Motor Sport dari kawasan Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat.

Dari rantai, paling sering pengendara hanya peduli jika rantai sudah dirasa kendur. Tapi sebenarnya rantai juga perlu dilumasi. Sebab, karena gesekan, pelumas rantai akan panas dan mengering. Belum lagi jika rantai kena kotoran. “Makanya melumasi rantai itu harus diawali dengan membersihkannya beserta sproket,” ujar Ujang lagi.

Soal rem, Peter Dionisius, supervisor divisi R&D produsen minyak rem Prestone, menyebut kalau banyak pengendara masih perhatian soal jarak main. Misalnya, udah terlalu jauh, handel atau tuas sudah ditarik atau dipijak tapi rem belum menggigit. Saat ini, paling cuma nyetel sekrup pengatur jarak.

Padahal kata Dion, minyak rem pun perlu perawatan. Minyak rem kudu diganti setiap 10.000 km. Cirinya, pas tuas rem ditarik atau diinjak dirasa lembut atau keras. Itu artinya minyak rem terkontaminasi air atau angin palsu.

“Jangan cuma nambah minyak rem. Sebab, setelah masa pakai, kemampuan minyak turun. Bisa karena senyawanya berubah jadi air dan udara, atau tercemar debu. Jadi jika cuma ditambah, isi minyak di master penuh lagi, tapi fungsi pengereman gak maksimal,” tegas penyemplak Honda Tiger 2000 yang ngantor Jl. Panjang No. 26, Jakarta Barat itu.

Pindah ke sokbreker, masih menurut Dion, biker cuma sadar jika oli sokbreker udah bocor nembus sil. Faktanya, tanpa bocor pun, minyak sok wajib diganti. Oli sok punya usia pakai, tak beda dengan minyak rem. Cirinya, sok terlalu empuk. Karena oli udah encer.

Jika didiamkan, sok keras, sebab oli akhirnya mengendap dan gak bisa nahan gerak naik-turun per dan suling sokbreker. Jika dikuras, terlihat oli kotor menghitam. “Agar tetap nyoi pantulannya, sebaiknya kuras oli sokbreker dan ganti dengan yang baru setiap 6 bulan sekali. Untuk sokbreker belakang, biasanya usia pakainya sekitar 20.000 km,” anjur Dion.

Khusus di skubek, jangan lupa cek kondisi roller. Jika sudah peyang, maka motor terasa bergetarrrr. Jadi jangan cuma mikirin mesin! Juga harus ingat cek lebarnya belt CVT, biasanya bengkel resmi punya alat ukur sabuk ini. Jangan lupa juga bayar kalau servis di bengkel. Iya kalau nggak bayar pasti ente dikejar orang sekampung!

RAWAT AKI
Terakhir, baterai alias accu bin aki. Sebenarnya, pemeriksaan harus dilakukan minimal dua minggu sekali. Utamanya, memastikan kondisi air aki selalu berada di antara garis batas low dan high. Ini perlu dikakukan terutama bila brother termasuk biker kalong, alias doyan keluyuran di malam hari.

Nah, merawat aki lebih mudah. “Saat memeriksa ketinggian air aki, cek juga jika ada jamur di sekitar kutub positif dan negatif. Guyurkan air panas untuk mengusirnya. Lalu kuras aki setiap 3 bulan. Ganti dengan aki zuur dan setrum lagi,” saran Sahrudin, dari bagian Technical Support produsen GS Battery.
posted by WIRRO at 10:30 PM   0 commnets

Dorong, Stasioner atau Geber


Dalam situasi terdesak, tidak punya pilihan, tentu seseorang harus mengambil risiko minimal. Di dunia bikers, situasi abnormal seperti ini sering terjadi. Misalnya jalanan banjir merupakan kondisi buruk yang harus dilalui. Dalam situasi seperti ini juga, risiko motor rusak sangat mungkin terjadi.

“Kalau punya pilihan sih, mending berputar, cari tempat yang lebih aman, tidak banjir,” ungkap Joseph Antony Tan, Kepala Training Roda Dua, PT Suzuki Indomobil Motor.

Hal sama juga diungkapkan Benny Djatiutomo, pemilik bengkel Star Motor. “Muterpun sebenarnya juga rugi. Ya.. rugi waktu dan tenaga. Tapi memaksakan diri untuk masuk ke dalam ‘kolam’, jelas lebih rugi lagi. Ada risiko kerusakan yang bakal dialami pengendara motor,” papar Benny.

Dalam situasi yang tidak bisa memilih, banjir harus diterjang, ada beberapa pilihan untuk menerobos banjir. Motor didorong, berjalan dengan kecepatan stasioner atau digas pol. Di antara tiga cara itu, mana yang paling minim risikonya.

DORONG

121301-banjir-dorong-gt.jpgBaik Benny maupun Joseph memilih mendorong motor dalam keadaan mesin mati ketika masuk ke dalam banjir. “Lebih aman,” jelas keduanya. Dalam kondisi mesin mati, putaran mesin yang bisa menyedot air dari filter udara atau lubang pernafasan tidak akan terjadi. Jadi kemungkinan air nyelonong ke mesin bisa dihindari.

Tapi harus diingat, setelah melewati banjir secepatnya dicek beberapa komponen. “Lepas knalpot, pastikan air tidak ada di lubang pembuangan. Lalu segera dieringkan,” jelas Benny.

Juga tidak ketinggalan, sesegera mungkin kuras oli mesin. Buka bak kopling, dari situ akan mudah membersihkan rasio dan kopling. Gunakan bensin untuk membilas.

Menurut Joseph, perhatikan juga tipe motor yang digunakan untuk didorong. Untuk motor sport relatif tidak begitu masalah. “Untuk ketinggian 40 cm, dengan posisi mesin tegak masih tidak masalah,” jelasnya.

Beda jika motor yang didorong skubek. Posisi cover CVT yang rendah, sangat mungkin kemasukan air dari lubang pembuangan. “Air yang nyelinap ke dalam cover bisa membuat belt CVT slip,” paparnya.


Untuk ketinggian banjir di bawah 40 cm, menerobos dengan cara jalan masih diperbolehkan. Namun, menurut Joseph Antony, pastikan kondisi kabel kelistrikan dalam keadaan baik.

”Sehingga tidak mudah air masuk. Efeknya bisa terjadi korsleting,” jelas pria berkantor di Pulogadung, Jakarta Timur itu. Berkendara dengan mesin stasioner yakni panteng di gigi 1 genangan air tidak tinggi.

”Tetap harus diwaspadai air nyelinap di karburator. Tandanya mesin mbrebet. Parahnya kalau air masuk ke dalam ruang bakar. Efeknya water hammer, piston seperti menubruk dinding keras,” jelas Benny yang kini beralamat di Bambu Apus, Jakarta Timur.

Kalau sudah terjadi, water hammer alias palu air, bukan hanya piston saja yang kena. Seluruh komponen dalam seperti kruk-as, klep pasti mesti diganti. ”Biaya yang dikeluarkan jelas lebih mahal. Sudah pasti turun mesin,” paparnya.

Joseph menyarankan, sebelumnya pengendara harus memiliki persiapan. ”Paling sederhana, tutup knalpot dengan plastik. Filter udara harus terpasang untuk mencegah agar air tidak mudah masuk ke dalam ruang pembakaran,” papar Joseph.


DIGEBER


121503-banjir-dorong-gt.jpgPerlu diingat saat mesin digeber, genangan air makin tinggi. Untuk motor tipe mesin tidur, peluang air masuk ke dalam mesin sangat besar lewat filter udara. ”Banyak motor yang mengalami turun mesin saat motor digeber,” papar Joseph.

Untuk motor tipe sport, tertolong konfigurasi mesin yang tegak. ”Belahan air yang diterjang roda cenderung menyamping. Tapi tetap saja kemungkinan air masuk maih sangat besar,” jelasnya.

Pada tipe bebek, tidak disarankan menggeber kendaraan dengan kecepatan tinggi. ”Sudah pasti, air masuk ke dalam busi atau karburator. Kalau ke busi, mesin langsung mati. Kalau ke karbu gejalanya mbrebet,” papar Joseph.

Buat skubek malah lebih berisiko. Diameter pelek yang kecil bisa jadi masalah di luar kerusakan mesin. Misalnya, kondisi jalanan menjebak. ”Motor lagi digas, tahunya ada lubang lumayan dalam yang tentunya tidak kelihatan. Pengendara bisa jatuh, atau paling tidak merusak suspensi dan pelek,” ungkap Joseph.

Masih untung lubang. Coba kalau di sekitar lokasi banjir ada sungai atau got besar yang mengalir deras. Kalau sampai nyemplung beneran, motor bias-bisa jatuh dan terseret arus.
posted by WIRRO at 10:22 PM   0 commnets

Kunci Kontak Harus OFF


Sejak akhir 2008, hujan bahkan banjir datang tidak permisi. Tidak hanya dipicu hujan deras, datangnya rob atau air laut ke daratan di beberapa wilayah pesisir pantai juga jadi penyebab. Itu jelas membuat beberapa jalanan jadi tergenang air.

Masalahnya, gimana dengan motor yang tidak selamat dan terendam. Bodi motor masuk air hingga setang. Dipastikan air masuk ke dalam mesin dan kabel kelistrikan. Jika seperti itu, apakah motor bisa langsung dihidupkan? Seperti mengaktifkan kunci kotak, sebagai syarat menghidupkan mesin.

“Jika cuma lewat banjir, pengecekan sederhana tetap perlu dilakukan. Tapi kalau sampai terendam lebih dari 1 hari, jangan coba langsung dinyalakan. Takut ada komponen rusak parah,” jelas Verry Jarwo, mekanik Corner di Jl. Pondok Betung, No. 66A, Bintaro, Jakarta Selatan.

Dipertegas Verry, terendam banjir lama haram hukumnya coba meng-ON-kan kunci kontak. Takutnya terjadi korslet alias hubungan arus pendek atau silinder mesin alami water hammer. Makanya tetap sabar dan segera lakukan tindakan preventif, seperti membersihkan motor.

Saat dibersihkan jangan tunggu motor kena panas dulu. Dipastikan kotoran bakal menempel kuat. Makanya begitu banjir reda, langsung bilas motor pakai dibilas air bersih. “Kalo perlu, buka semua cover bodi,” imbuhnya.

Lanjut cek tutup tangki bensin untuk mengintip bagian dalamnya. Kalau penuh air, lepas slang bensin yang menuju karbu. Biarkan air ngucur, bilas dan kocok isi tangki menggunakan solar. Lakukan sampai tangki bebas dari air.

Berikutnya cek komponen pengapian dan kelistrikan. Dimulai melepas soket kabel dan mengecek air yang mengendap di CDI, kiprok, relay starter, motor starter, aki hingga gulungan sepul. Gunakan bantuan angin kompresor untuk meniup air yang mengendap. Dikhawatirkan air bikin korslet komponen kelistrikan dan pengapian.

“Meski kelistrikan beres, masih haram menyentuh kunci kontak. Baiknya buka dulu busi untuk dibersihkan. Sekalian buang air yang mengendap di ruang silinder,” timpal Chepy, mekanik RMK Cute di Jl. Kebalen 3, Poncol, Jakarta Selatan. Chepy sering dapat order motor terendam banjir.

Kalo busi udah dibuka, mesin boleh dislah guna membuang air. Sebab dari lubang busi akan muncrat air. tapi kalau busi dipasang dan mesin dislah, dikhawatirkan klep bengkok atau piston bolong lantaran mengkompresi air.

Sekalian buka juga knalpot dari dudukan. Tuang dan buang air yang mengendap di dalam sampai bersih dan jangan ada air yang tersisa di mesin. Disusul bongkar karburator dan boks filter udara untuk kemudian dibersihkan.

Tak kalah penting, buang oli campur air yang mengendap lewat lubang pembuangan. Untuk mengurasnya, gunakan solar sebanyak 1 liter sambil memutar komponen mesin dengan cara dislah berulang kali.

Pembilasan menggunakan solar harus dilakukan sampai tiga kali. Hidupkan mesin hingga 3 menit kemudian buang lagi solarnya. “Pasti warnanya putih seperti susu. Itu tanda di dalam ruang mesin masih mengandung air,” lanjut Chepy.

Setelah tiga kali bilas, baru deh diisi oli. Tapi, kalau sudah dipakai beberapa kilometer, bagusnya oli segera ganti biar bersih.

BERSIHKAN BATOK LAMPU


Mumpung motor masih basah, harusnya buruan bongkar batok lampu. Itu agar kotoran tidak menempel kuat di reflektor. Gunakan tisu halus untuk mengelap reflektor. Jangan menggunakan tisu kasar yang berakibat baret dan lampu tidak terang.

AIR DI RUMAH CVT


Jika air masuk CVT, cukup dibersihkan. Risiko bertambah jika tembus hingga ke mesin. “Wajib ganti oli gardan juga pelumas mesin karena bisa terjadi karat,” jelas Muhamad Zaki dari Zaki Motor, mekanik spesialis skubek di Ciledug, Tangerang

Lama terendam penuh, kemungkinan paling parah cepat mengundang karat. Seperti di laher kruk-as. Kalau ada gejala seret pada laher, berarti air dan kotoran terbukti menyelinap. “Nggak perlu diganti jika masih bisa dibersihkan,” papar mekanik yang hanya makan roti dan kentang setiap hari itu.

Penulis/Foto : Kris/Herry Axl
posted by WIRRO at 10:16 PM   0 commnets

Cuma Buat ke Kampus 196 CC

Dasar pembalap! Meski jarak dari rumah ke kampus tidak terlalu jauh, tapi tetap ogah pakai motor bermesin standar. Itulah yang dilakukan Febrianto pada Suzuki Skywave 125 miliknya. Oh ya, doi ini salah satu pembalap road race DKI yang tinggal di Rawamangun, Jakarta Timur.

“Enggak tahu, kayaknya enggak betah aja pake motor standar. Rasanya seperti ada yang kurang, githu,” ungkap pemuda yang kuliah di Universitas Jayabaya, Pulomas, Jakarta Timur ini.

Tuh kan! Padahal dihitung-hitung, jarak dari rumah ke kampus nggak lebih dari 3 1382skywave-dvd-2.jpgkilometer lho. Tapi lagi-lagi, dasar pembalap! He..he..he... Malah, Skywave 125 ini juga sudah dijejali piston Honda Tiger oversize 50 lho.

Begitunya doi nggak tergiur balap jalanan. Pria akrab disapa Eby ini mengkhususkan Skywave 125 ini hanya untuk aktivitas ke kampus. Penasaran sejauh mana Mahasiswa jurusan Manajemen Perusahaan ini meng-upgrade skubeknya? Ya dibaca terus dong!

Lanjut!

KLEP XENIA


Sabar... Ini bukan merek klep baru! Tapi Xenia itu nama mobil keluaran Daihatsu. Iya, Daihatsu Xenia yang kembaran sama Toyota Avanza. Nah, klep yang sekarang dipakai buat Skywave 125 ini milik mobil itu. “Ukuran pakai 28 mm untuk klep in dan 24 mm klep buang,” ujar Eby yang baru merayakan ulthanya di bulan ini.


Enaknya pakai klep ini, tentu soal meterial lebih kuat. Malah, nggak perlu banyak merubah ukuran klep. Itu karena diameter batangnya sama dengan batang klep Skywave 125 yang 5 mm. “Yang disesuaikan hanya bagian panjang klep aja. Ukuran disesuaikan panjang klep standar,” bilang Eby lagi.

Masih bicara seputar kepala silinder. Biar kompresi sedikit lebih tinggi, head pun dipapas lagi 1 mm. Menurut sang empunya, sengaja papasan dibuat segitu biar tidak terlalu tinggi. Kalau ketinggian, kasihan dinamo stater.

STROKE X PISTON

Penggantian dua komponen ini, bisa dibilang pendongkrak tenaga paling yahud. Macam obat kuat saja! Sekali pasang, tenaga tambah besar. Apalagi, Skywave 125 ini dijejali piston Honda Tiger oversize 50 alias 64 mm.

“Untuk pakai piston ini, liner standar diganti punya Tiger. Kan aslinya Skywave 125 hanya pakai piston 53,5 mm. Hasilnya, power di putaran atasnya makin jalan,” kata Eby yang rambutnya dipotong habis alias botak.

Enggak cukup sampai situ, stroke pun ikut dinaikan. Metode stroke-up lewat pemakaian pen dijalankan. Pakai merek CLD ukuran 3 mm, langkah piston kini bertambah jadi 6 mm. Kan naik 3 mm, turun 3 mm. Angka akhir stroke pun berubah. Dari yang standarnya 55,2 mm sekarang jadi 61,2 mm.

Akhirnya, lewat dua penggantian part ini, kapasitas silinder skubek bersuspensi belakang ganda ini menjadi 196 cc. Wah, bengkak dong!

INTAKE LANGSUNG


Aslinya, Skywave 125 mengaplikasi intake model tambahan. Ya, biar moncong karburator menjadi ke belakang. Nah, di skubek milik pria 24 tahun ini, intake itu dicopot. Gantinya, pakai model langsung ke blok.

“Pakai cara ini, bensin langsung masuk ruang bakar. Enggak berputar lagi melewati intake tambahan,” urai Eby. Caranya, lubang intake yang di blok dicor lagi pakai aluminium. Prosesnya kudu dilakukan di tukang bubut. Konsekuensi pakai cara ini, bagasi jadi korban.




LEBIH DARI 140 KM/JAM

Ngomong soal kecepatan! Sayangnya di Skywave 125 ini, spidometer tidak lagi dipakai. Itu karena pelek mengadopsi tipe jari-jari. Kondisi itu, memaksa teromol depan pakai milik Suzuki Satria. Nah, gir spido pun jadi tidak bisa difungsikan.

“Tapi pernah coba ukur pakai Yamaha Nouvo bore up. Ketika dia lari 140 km/jam, motor ini masih terus melaju dan jauh ninggalin,” ungkap pembalap yang sekarang lagi menunggu sponsor datang.

Wah, kalau gitu lebih dong dari 140 km/jam dong? Bisa!

DATA MODIFIKASI


Ban depan : Comet 60/90-17
Ban belakang : Mizzle 2,25-17
Pelek : Takasago 1,20x17
Karburator : Keihin PE 28 mm
CDI : BRT i-Max
Roller : 13 gram
Pen stroke : CLD 3 mm

Penulis/Foto : Eka/David
posted by WIRRO at 10:03 PM   0 commnets